Jumat, 25 Oktober 2013
Dilarang Mengemis anak Jalanan di Bandung Menjadi Pencopet dan PSK
Urbie | Auto Update, Selamat datang pengunjung setia Urbie. Kali ini saya akan mengupdate sebuah Info Tentang masalah sosial yang ada di sekitar daerah bandung . mau tau kan ? yuk di simak
Spanduk larangan memberi uang kepada pengemis yang tersebar di sejumlah jalan protokol di Kota Bandung membuat anak jalanan kehilangan penghasilannya. Untuk memenuhi kebutuhan perutnya, beberapa di antara mereka memilih menjadi pekerja seks komersial (PSK) dan copet.
"Yang remaja perempuan memilih jadi PSK, sedangkan yang pria memilih jadi copet," kata Ketua Kelempok Perempuan Mandiri Dewi Sartika, Santi Safitri, Kamis, 24 Oktober 2013.
Menurut Santi, ketika remaja perempuan memilih menjadi PSK, mereka menghubungi calon pelanggannya melalui pesan singkat atau telepon. Mereka tidak berani mangkal di pinggir jalan karena bisa terjaring razia oleh polisi pamong praja.
Sebelumnya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menawarkan pekerjaan kepada para anak jalanan, gelandangan, dan pengemis (gepeng). Ridwan menawarkan pekerjaan sebagai tukang sapu di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Tawaran itu ditolak gepeng dan anak jalanan. Mereka tetap turun ke jalan, mengemis atau mengamen.
Wali Kota tak tinggal diam. Razia terhadap gepeng terus dilakukan. Bahkan Pemkot Bandung memasang sejumlah spanduk bertuliskan larangan memberikan uang kepada pengemis karena dinilai tidak mendidik.
Santi menilai kebijakan Pemkot Bandung dalam menangani anak jalanan dan gepeng tidak matang. Sebab, hal itu bisa mengakibatkan naiknya tingkat kriminalitas dan prostitusi di Kota Bandung.
Saat ini sebagian gepeng memang ada yang menerima tawaran sebagai tukang sapu yang digaji oleh Pemkot Bandung. Tapi mereka mengeluh karena pekerjaan itu membuat mereka terkekang. "Mereka merasa seperti di penjara, tiap hari menyapu jalan, dan pulang (lokasi penginapan),"
Lokasi penginapan yang tidak memadai dan tidak layak membuat gepeng dan anak jalanan itu kabur. Mereka kembali lagi ke jalan sehingga yang tersisa bekerja sebagai penyapu jalan sekitar 20 orang saja.
"Harusnya pemerintah tidak memaksa semua gepeng menjadi petugas kebersihan, sebab minat pekerjaan mereka juga beragam," kata Santi. Ada yang suka memasak, menjahit, buka bengkel, dan sebagainya.
Karena itu yang dibutuhkan mereka adalah latihan keterampilan untuk bisa mandiri kelak. Selain itu, lapangan pekerjaan yang diberikan juga harus beragam, tidak hanya tukang sapu
Priston, penggagas Gerakan Masyarakat Jalanan mengatakan, sebenarnya langkah paling jitu dalam menangani masalah anak jalanan dan gepeng adalah dengan memberi mereka pembinaan, pelatihan berbagai keterampilan, dan lapangan kerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. "Jika mereka sudah terampil dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilannya, maka mereka akan merasakan pekerjaan itu sangat layak baginya.
Sumber : www.detik.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar